Selasa, 24 Januari 2017

Nak, ini dari Bunda #1

Bismillah..

Bang, Dek.. riuh sekali dunia di sekitar kalian akhir-akhir ini.. Pada masanya nanti, kalian pun harus mengambil hikmah dari setiap kejadian ini. Nak, bunda cuma mau bilang, Abang sama Adek ditakdirkan oleh Allah lahir di Indonesia, dari rahim bunda. Meski Abang dan Adek belom bisa nyanyi lagu Indonesia Raya, kalian harus mencintai negeri ini. Bagaimana caranya? Simpel, Nak, sebenarnya. Caranya adalah dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Bang, Dek.. bunda berdoa semoga diberi kekuatan untuk membersamai kalian dalam mendekati Allah dan Rasulullah. Belajar dan ber-adab-lah. Hingga kalian akan semakin yakin, orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, akan sangat mudah mencintai negerinya, bangsanya, saudara-saudara se-tanah airnya. Sungguh deh. Orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, akan berbuat sebaik-baiknya, berkontribusi, dan selalu menginginkan yang terbaik untuk negeri dan bangsanya. Karena kata Allah dalam surah At-Taubah ayat 105, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengethaui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
Jadi, sudah selayaknya, nasionalisme kita adalah yang bermuara pada ridha dan ampunanNya.

Bang, Dek.. jika suatu saat kalian dapati kalimat "jangan bawa-bawa agama, jangan bawa-bawa Tuhan dalam urusan bla..bla..bla..", istighfar ya Nak. Sungguh, Nak, jangan pernah berpikiran seperti itu. Malu, Nak..malu.. Malu sama Dia. Bagaimana mungkin kita tidak mengikutsertakan-Nya dalam setiap aktivitas kita? Bahkan setiap hela, detak, dan sambungan syaraf kita ada peran Allah di sana. Takut lah pada-Nya, Nak..

Aduh, Bang..Dek.. pengen nangis rasanya bunda nulis ini. Kontribusi pada bangsa pun belum seberapa, kecintaan pada Nya pun dalam evaluasi yang luar biasa. Ilmu? Hiks..memprihatinkan. Tapi kita sama-sama berusaha ya, Nak.. menuju kebaikan, menuju ridha dan ampunan-Nya. Semoga negeri kita menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.. aamiin..

Senin, 23 Januari 2017

Seruan (kembali) :D


Bismillah..

Gerakan Ibu Membaca
"Meraih Ilmu, Menebar Cinta"

Teman-teman sesama Ibu, kita tentu tahu bahwa generasi cemerlang dimulai dari ibu yang cerdas. Maka mari dekatkan diri dengan sumber ilmu; buku-buku yang bermutu. Mari membaca minimal 15 menit setiap hari. Lalu tuliskan dan bagikan ilmu yang kita dapatkan. Tebar ikhtisar bacaan kita di grup keluarga, komunitas, media sosial, dan jaringan lainnya. Gunakan tagar #GerakanIbuMembaca. Agar kita tidak lupa, bahwa sejak dulu, hingga selamanya, buku adalah jendela dunia. Pun membagikan ilmu, berarti membagikan cinta; untuk diri kita, keluarga, dan dunia..

#GerakanIbuMembaca
ini didukung oleh:
Komunitas Mama Shalihah


Anakku Nggak Suka Buku?

Bismillah..

Sejak kapan sih kita mengenalkan buku pada anak? Sejak bayi ternyataaa buibu..hihi.. Mungkin ada yang pernah mengalami dikomentarin, "Aiiihh..bisa baca juga belom, udah disuruh pegang2 buku.." Senyumin aja ya buibuuu.. 😄 Tapi, barangkali ada juga yang merasa seperti ini, "Aku udah kasih anakku buku, bagus2, warnawarni, kertasnya tebel. Tapi kok dia cuek aja ya..bukunya dipegang trus dilepas gitu aja. Kayaknya anakku emang nggak suka buku deh.." Peluuukk mommy.. 😘

Dalam buku Membuat Anak Gila Membaca yang ditulis oleh Mohammad Fauzil Adhim, disampaikan banyaaakk informasi dan ilmu untuk para orang tua dalam membersamai buah hatinya supaya tumbuh minat yang kuat pada anak2 untuk membaca. Salah satunya ini nih, yang kadang suka terlewat oleh kita, 'membuka buku bersama anak'. Di buku ini memang ditulis fase ini dimulai sejak anak masih bayi piyik2, tapi in syaa Allah nggak ada kata terlambat kalau kita mau mencoba pada anak kita yang sudah balita.

"Saat anak berusia tiga atau empat bulan, kita bisa mulai mengajak anak 'membaca buku bersama'. Caranya, dudukkanlah anak di pangkuan Anda. Letakkanlah ia dengan cara yang membuatnya merasa nyaman. Apabila perlu, Anda bermain-main dulu untuk membuatnya benar2 siap Anda bacakan buku.

Sebelum membacakan buku, sebaiknya sampaikan terlebih dahulu kepada bayi Anda kegiatan yang akan Anda lakukan. Ajaklah berdialog sehingga ia merasa kita mengajaknya berbicara. Bukan sekadar kita berbicara kepadanya.

Keluhan sebagian besar orangtua bahwa bayinya tidak bisa dibacakan buku kerap kali terjadi karena caranya memperlakukan bayi salah. Mereka tidak mengondisikan bayi. Bayi tidak dilibatkan dalam "proses pengambilan keputusan", tahu2 sudah didudukkan di pangkuan dan dibacakan buku. Akibatnya, bayi merasa tidak nyaman. Terlebih, ketika dibacakan buku, bayi sangat lasak, gelisah, dan meronta-ronta.

Ada bedanya berbicara kepada bayi, berbicara dengan bayi, dan berbicara bersama bayi. Berbicara kepada bayi merujuk pada kebiasaan kita berbicara tanpa meminta respons bayi. Kita menghujani anak dengan pesan2, tapi acapkali tidak memedulikan tanggapan yang diberikan anak berupa gerak tangan dan kaki, ekspresi wajah yang berubah-ubah, naik turunnya suara, serta isyarat bunyi yang dikeluarkan melalui mulut mungilnya.

Berbicara dengan bayi berarti kita melibatkannya secara aktif. Kita memperlakukan bayi seolah2 sahabat yang lama tak bertemu sehingga kita saling bercerita. Kita mendengar, memperhatikan, dan menanggapi "cerita" anak. Cara ini cenderung membuat bayi lebih tertarik sehingga lebih bersahabat dengan kita. Sedangkan, berbicara bersama bayi akan membuatnya merasa terabaikan. Bayi merasa tidak nyaman karena kehadirannya dianggap tidak ada. Dia bersama kita, tetapi kita asyik berbicara dengan orang lain tanpa melibatkan dia.

Alhasil, kita perlu berkomunikasi dengan anak sebelum dan selama membacakannya buku di pangkuan kita. Ajaklah anak, sampaikan kegiatan yang ingin Anda lakukan bersamanya, dan libatkan dia, 'Owi mau duduk di pangkuan ibu? ... Iya, Nak? O..., he emm. Owi mau baca buku, ya? Iya, ini ada buku yang bagus. Judulnya apa ya?'

Ceritakan maksud Anda kepada bayi sambil memperhatikan setiap reaksi yang muncul, baik berupa gerak tangan dan kaki, ekspresi wajah, isyarat gerakan lidah (pada bayi, menjulurkan lidah menunjukkan ketertarikan), serta bunyi bayi (baby coos). Hargailah setiap reaksi bayi karena sesungguhnya bayi menanggapi apa yang kita lakukan secara aktif. Hanya saja ia belum bisa mengomunikasikan dengan cara yang sama seperti kita. Sikap yang hangat dan peduli terhadap reaksi bayi saat kita hendak membacakan buku, akan membuatnya benar2 merasa senang dan terlibat? Sebaliknya, komunikasi satu arah cenderung membuat bayi lebih sulit bekerja sama dengan kita, terutama apabila cara mengomunikasikannya kasar dan terburu2. Misalnya, 'Owi, duduk sini! Lihat ini, lihat ini. Ibu bacain buku.'"

😊
Demikian bu, sekelumit tips mengenalkan minat membaca pada anak. Kenapa buuu mesti repot2 begitu..?? Yuuukk ah simak hulu ke hilir nya di buku ini..




Rabu, 07 September 2016

Pembukaan

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Ini blog kedua saya. Bukan, bukan karena saya blogger yang produktif (setidaknya belum). Tapi karena saya udah lupa email dan password blog yang dulu, wkwkwkwk.. Empat tahun lamanya saya tinggalkan dunia blog, ah..menyedihkan ya.. Tapi masih bisa dikunjungi sih di sini hehehe..

Oke lah..semoga saya bisa memanfaatkan blog ini sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya, aamiin..

Sekian dan terima kasih :)

*tukan..pembukaan macam apa ini.. wkwkwk